Sabtu, 04 November 2017

TA: MOVING AVERAGE

PANDUAN TRADING INDIKATOR,Cara Menggunakan Indikator Moving Average Dari sekian banyak indikator yang tersedia, Moving Average (MA) adalah indikator trend yang paling populer. Banyak kesalahan pada penggunaan indikator ini, terutama bagi trader pemula. Moving Average sebenarnya dapat menjadi indikator yang powerfull jika dapat menggunakannya dengan tepat. Moving Average (MA) adalah yang paling sederhana diantara indikator teknikal lainnya, biasanya dihitung dari penjumlahan harga penutupan pada suatu periode tertentu dibagi dengan jumlah satuan waktu pada periode tersebut. Jika harga bergerak uptrend, kurva MA akan bergerak keatas, dan sebaliknya pada saat pergerakan harga downtrend, kurva ma akan bergerak kearah bawah. Yang perlu dipahami adalah Moving Average termasuk dalam indikator repaint atau lagging indicator, sehingga terdapat kelemahan untuk memprediksi harga secara akurat. Penggunaan MA untuk memprediksi harga tidak dapat digunakan secara terpisah dengan indikator lainnya. Anda memerlukan alat bantu tambahan apabila menggunakan strategi MA baik untuk memprediksi arah harga dan menggunakannya sebagai acuan entry level. Meskipun termasuk repaint indicator, MA adalah salah satu indikator paling ideal yang dapat digunakan pada kondisi pasar trending.

Ada 3 cara dalam menggunakan indikator MA yang dianggap cukup efektif, yaitu sebagai penyaring arah trend (trend filter), sebagai pemicu (trigger) untuk membuka posisi dan identifikasi titik perpotongan (crossover) untuk konfirmasi terjadinya koreksi atau pembalikan arah trend (trend reversal).

Manakah yang Lebih Baik EMA atau SMA? Indikator Moving Average dibagi menjadi 2 kategori yaitu Exponential Moving Average (EMA) dan Simple/Smoothed Moving Average (SMA). Perbedaan keduanya terletak pada kecepatan perubahan arah.

EMA lebih cepat dalam memberikan indikasi adanya perubahan trend harga. Penggunaan EMA dapat memberikan bobot lebih kepada data terkini sehingga dapat memberikan sinyal yang lebih cepat. Dari kedua jenis indikator MA tersebut (SMA dan EMA) tidak ada istilah lebih baik, keduanya memiliki peran masing-masing dan digunakan sesuai dengan kebutuhan pada saat menyusun strategi. Setting Periode dan Aturan Entry Moving Averages Supaya tidak terjebak dalam penggunaan indikator Moving Average, Anda harus menentukan terlebih dahulu tujuan penggunaan indikator ini. Misalnya, trader berjenis day trading membutuhkan sinyal yang lebih cepat. Untuk itu penggunaan Exponential Moving Average (EMA) lebih tepat dibandingkan dengan Simple Moving Average (SMA). Nah dalam artikel ini secara khusus saya ingin mencoba memberikan contoh penggunaan EMA untuk day trading.
Setting EMA Periode Lebih Pendek (8) Setting EMA Periode Pendek (21) Setting EMA Periode (125) Penjelasan setting periode EMA (8, 21, 125): Setting periode ini cukup populer digunakan oleh trader institusional (hedge fund dan investment bank). Merupakan Sekuen dari Fibonacci Number. Periode ini dapat dikatakan mewakili data Seminggu, Sebulan dan Semester. Namun yang lebih penting adalah Kombinasi dari penggabungan (Multiple) periode tersebut dapat bekerja dengan baik. Contoh Entry dengan EMA (8, 21, 125) Contoh diatas adalah aturan entry dengan strategi EMA (8, 21, 125) pada Time Frame M30. Entry dilakukan saat garis EMA 8 dan 21 memotong (crossover). Selama EMA 8 (garis warna hijau) dan 21 (garis warna kuning) masih berada di bawah EMA 125 (garis warna merah) berarti posisi yang diambil adalah sell. Entry buy diambil ketika garis EMA 8 dan EMA 21 berada di atas EMA 125. Dari chart diatas dapat diihat strategi ini dapat memberikan kapan timing entry baik (buy ataupun sell) dan peringatan akan pembalikan trend yang cukup akurat. Strategi ini juga dapat digunakan pada timeframe yang lebih tinggi. Untuk meningkatkan akurasi pada penggunaan strategi EMA (8,21,125) dapat ditambahkan indikator lainnya seperti contoh berikut: Indentifikasi Level Kunci (Key Level)Indentifikasi Level Teknikal untuk Menentukan Price Target Contoh diatas adalah kombinasi indikator yang dapat meningkatkan kualitas strategi EMA (8,21,125). Selain itu, faktor market sentiment juga akan mempengaruhi kemana arah pergerakan harga. Selalu perhatikan faktor market sentiment baik yang bersifat short term maupun long term. Anda juga dapat mengkombinasikan strategi trading EMA dengan indikator lainnya. Saya pribadi menggunakan indikator Moving Average EMA 125, market sentiment, pivot high low dan kombinasi analisis pergerakan harga di level support resistance (key level) dengan aplikasi Autochartist untuk mengembangkan strategi Breakout dan Pullback/Retracement.

TA: FIBONACCI RETRACEMENT

Fibonacci Retracement adalah indikator kelas mahir. Anda boleh bilang ini indikator paling absurd karena cuma menggunakan kombinasi angka-angka.

Sejarah Singkat Fibonacci dinamakan begitu karena penemunya, Leonardo Fibonacci. Mungkin awalnya dia iseng, menjumlahkan angka-angka secara berurutan. Angka berikutnya adalah penjumlahan dua angka sebelumnya, begini jadinya deret Fibonacci itu: 0, 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, 55, 89, dan seterusnya. Pokoknya Anda jumlahkan saja dua angka paling terakhir untuk mendapatkan angka setelahnya. Jadi setelah 89 deret Fibonacci berikutnya adalah… betul, 55 + 89 = 144. Apa Keistimewaannya? Jika Anda bagi satu angka di deret tersebut dengan angka sebelumnya, maka akan didapatkan angka 1.618 (silakan coba), dimana reciprocalnya adalah 0.618 (0.618 x 1.618 = 1). Angka tersebut adalah golden ratio dalam seni dan dalam tubuh kita, serta di alam (kelopak bunga, kerang, lingkar pohon). Ini adalah rasio ajaib alam, dan kita di pasar modal seolah-olah meniru alam, maka digunakanlah rasio Fibonacci tersebut. Ada tiga angka fibonacci yang paling sering digunakan di analisa teknikal, yaitu 0.618, 0.382, dan 0.236. Dua angka terakhir didapatkan dengan mengalikan 0.618 dengan angka sebelumnya. Keistimewaan dari angka-angka ini adalah harga cenderung untuk memantul di angka-angka ini. 0.5 atau 50% sebenarnya bukan angka fibonacci, namun dimasukkan karena harga cenderung terus ke arah yang ditujunya setelah menembus angka ini, baik sebagai support maupun resistance. Jika Moving Average adalah indikator terlambat, Fibonacci adalah indikator yang kecepetan. Kita bisa dua-tiga langkah di depan dengan indikator ini. Cara Menggunakan Anda menggambar Fibonacci dengan menarik garis mengikuti trend (YAHOO Finance tidak bisa, Anda perlu software charting beneran untuk ini), atau, bisa juga pakai saja kertas dan kalkulator.
Dalam trend yang kuat (naik atau turun), biasanya harga akan koreksi minimal sebesar 38.2% (maka namanya FIBONACCI Retracement).

RESIKO TRADING SAHAM

Meminimalkan Resiko Trading Trader itu kerjaannya (harusnya) meminimalkan resiko. Yup, hanya meminimalkan resiko, bukan yang lain-lain seperti mengejar keuntungan maksimal. Juga bukan untuk menghilangkan resiko. Resiko akan selalu ada. Sudah memang begitu kondisi alaminya — dalam hal apapun pasti resiko itu tetap ada. Mengejar keuntungan yang maksimal memang tidak perlu. Keuntungan maksimal dengan sendirinya akan tercapai jika kita telah berhasil meminimalkan resiko dalam trading. Jadi, jelas sudah bahwa yang harus kita lakukan (sebagai trader) adalah mencari cara bagaimana agar resiko menjadi seminimal mungkin.

Agar menjadi lebih jelas, mari kita lihat sebuah contoh. Betapa sering kita mengalami “kerusakan” mental (ya, kembali kita bicara faktor psikologis dalam hal ini) karena setelah menjual, eh harganya malah terbang. Penyesalannya itu tujuh turunan. Sangat merusak psikologi kita sebagai trader. Nah, seperti yang sudah disinggung sebelumnya, tentu kita tidak bisa menghilangkan resiko. Hal ini akan terus terjadi selama kita trading. Yang bisa dilakukan adalah meminimalkannya. Kita dapat memanfaatkan auto order dalam hal ini. Ketika sinyal jual keluar, kita pasang auto order. Contohnya, auto order dengan kondisi bahwa posisi akan dijual jika dan hanya jika harga turun 1 tick dari harga pada saat sinyal jual tersebut muncul. Dengan kondisi ini, niscaya posisi kita tidak akan hilang dan tetap ikut jika ternyata setelahnya harga langsung naik lagi. Memang, jika ternyata turun dulu, kemudian naik lagi. Posisi kita tetap akan hilang. Dan kembali kita akan mengalami penyesalan. Namun, setidaknya resiko penyesalan tersebut telah berkurang satu. Toh, seperti yang telah dikatakan diatas, mustahil untuk menghilangkan resiko sama sekali. Yang bisa kita lakukan cuma mengurangi resiko saja. Meminimalkan resiko. Dan kita telah berhasil mengurangi satu faktor yang dapat membuat kita menyesal dalam hal ini. Dengan contoh diatas, harusna sudah cukup jelas bagaimana kita meminimalkan resiko dalam trading bukan?

MENGENAL SAHAM

Pengetahuan Tentang Investasi Saham Apa itu Growth Stock dan Value Stock? Saat berinvestasi saham investor akan diberi 2 pilihan yaitu berinvestasi di saham growth (bertumbuh) atau berinvestasi ke saham value (bernilai). Berikut adalah penjelasannya:

1. Saham Growth Growth stock adalah saham yang perusahaanya memiliki potensi untuk menaikkan nilai perusahaan dengan cara yang cepat. Hal itu bisa dilihat dari meningkatnya laba dan nilai ekuitas perusahaan dengan pesat. Investor yang menanamkan modalnya di saham growth stock adalah tipe investor yang agresif. Disebut agresif karena investor tersebut berani membeli saham growth tersebut dengan harga premium dan biasanya saham growth memanglah mahal tercermin dari nilai PER dan PBV-nya. Selain itu saham growth adalah perusahaan yang masih kecil sehingga manajemen perusahaannya pun masih belum bisa terbukti dan dipercaya. Seringkan anda mendengar banyak yang gagal dalam merintis bisnis saat awal? Ya perusahaan pun juga begitu, perusahaan kecil tersebut memiliki risiko gagal dalam usaha yang lebih besar dibandingkan perusahaan yang sudah matang dan berpengalaman. Namun ketika investor dapat menemukan perusahaan kecil yang memiliki potensi untuk menjadi perusahaan hebat di masa depan maka ia akan mendapatkan imbalan yang fantastis. Mereka seperti berinvestasi di saham Wal-mart pada tahun 1970 yang harganya naik lebih dari 15000 kali dalam 45 tahun, Microsoft di 1986 yang naik lebih dari 2500 kali dalam 19 tahun. Di Indonesia juga ada yaitu Lippo Cikarang yang naik lebih dari 50 kali dalam 5 tahun atau Gowa Makassar tourism development yang naik 90 kali dalam 6 tahun. Saham-saham tersebut adalah saham-saham di perusahaan yang dulunya kecil namun hebat dan memberikan imbal hasil yang fantastis dalam jangka panjang. Saham-saham tersebut adalah saham growth yang potensi untuk mencetak keuntungan bisnisnya sangat besar.

2. Saham Value Berbeda dengan saham growth saham value adalah saham yang perusahaannya memiliki nilai yang lebih besar daripada nilai yang tertera pada harga sahamnya. Biasanya saham ini dikategorikan saham murah dengan PER dan PBV yang rendah. Harga sahamnya jauh dibawah nilai intrinsik perusahaannya. Lalu kenapa harganya bisa rendah seperti itu? Jawabannya simpel saja, karena tidak ada yang mau membeli di harga yang lebih mahal. Hal ini bisa dikarenakan perusahaannya tidak terkenal, dimata investor perusahaannya tidak berprospek, sahamnya tidak likuid, adanya berita negatif entah makro ataupun mikro dan masih banyak lagi. Investor yang mencari saham undervalue ini adalah tipe yang sabar dan konservatif. Mereka mau menunggu hingga pasar mengembalikan harga sahamnya di harga yang normal. Pada saat pasar merevisi harga saham perusahaan tersebut, investor ini mendapatkan keuntungannya. Ibarat anda misalnya membeli emas 1 gram di harga Rp 100.000 yang padahal biaya produksinya Rp 200.000. Namun semua orang menjual dan membeli diharga Rp 100.000 tersebut. Jika anda tahu nilai intrinsik minimal emas tersebut adalah Rp 200.000 anda akan memborong emas tersebut dan menunggu harganya stabil kembali untuk dijual. Namun bukankah orang-orang itu gila? Menjual dibawah harga intrinsik? Ya, di dalam dunia investasi orang-orang bisa menjadi gila secara tidak sadar. Namun kegilaan itulah yang dimanfaatkan value investor untuk mendapatkan keuntungan jadi dia membeli saham di harga murah lalu menjualnya ketika harganya mahal. Itulah perbedaan antara saham growth dan value, keduanya memiliki kelebihan dan kelemahan yang seimbang. Semoga artikel ini dapat memberikan wawasan kepada anda saat memilih saham. Selamat berinvestasi!!!!