Pengetahuan Tentang Investasi Saham Apa itu Growth Stock dan Value Stock? Saat berinvestasi saham investor akan diberi 2 pilihan yaitu berinvestasi di saham growth (bertumbuh) atau berinvestasi ke saham value (bernilai). Berikut adalah penjelasannya:
1. Saham Growth Growth stock adalah saham yang perusahaanya memiliki potensi untuk menaikkan nilai perusahaan dengan cara yang cepat. Hal itu bisa dilihat dari meningkatnya laba dan nilai ekuitas perusahaan dengan pesat. Investor yang menanamkan modalnya di saham growth stock adalah tipe investor yang agresif. Disebut agresif karena investor tersebut berani membeli saham growth tersebut dengan harga premium dan biasanya saham growth memanglah mahal tercermin dari nilai PER dan PBV-nya. Selain itu saham growth adalah perusahaan yang masih kecil sehingga manajemen perusahaannya pun masih belum bisa terbukti dan dipercaya. Seringkan anda mendengar banyak yang gagal dalam merintis bisnis saat awal? Ya perusahaan pun juga begitu, perusahaan kecil tersebut memiliki risiko gagal dalam usaha yang lebih besar dibandingkan perusahaan yang sudah matang dan berpengalaman. Namun ketika investor dapat menemukan perusahaan kecil yang memiliki potensi untuk menjadi perusahaan hebat di masa depan maka ia akan mendapatkan imbalan yang fantastis. Mereka seperti berinvestasi di saham Wal-mart pada tahun 1970 yang harganya naik lebih dari 15000 kali dalam 45 tahun, Microsoft di 1986 yang naik lebih dari 2500 kali dalam 19 tahun. Di Indonesia juga ada yaitu Lippo Cikarang yang naik lebih dari 50 kali dalam 5 tahun atau Gowa Makassar tourism development yang naik 90 kali dalam 6 tahun. Saham-saham tersebut adalah saham-saham di perusahaan yang dulunya kecil namun hebat dan memberikan imbal hasil yang fantastis dalam jangka panjang. Saham-saham tersebut adalah saham growth yang potensi untuk mencetak keuntungan bisnisnya sangat besar.
2. Saham Value Berbeda dengan saham growth saham value adalah saham yang perusahaannya memiliki nilai yang lebih besar daripada nilai yang tertera pada harga sahamnya. Biasanya saham ini dikategorikan saham murah dengan PER dan PBV yang rendah. Harga sahamnya jauh dibawah nilai intrinsik perusahaannya. Lalu kenapa harganya bisa rendah seperti itu? Jawabannya simpel saja, karena tidak ada yang mau membeli di harga yang lebih mahal. Hal ini bisa dikarenakan perusahaannya tidak terkenal, dimata investor perusahaannya tidak berprospek, sahamnya tidak likuid, adanya berita negatif entah makro ataupun mikro dan masih banyak lagi. Investor yang mencari saham undervalue ini adalah tipe yang sabar dan konservatif. Mereka mau menunggu hingga pasar mengembalikan harga sahamnya di harga yang normal. Pada saat pasar merevisi harga saham perusahaan tersebut, investor ini mendapatkan keuntungannya. Ibarat anda misalnya membeli emas 1 gram di harga Rp 100.000 yang padahal biaya produksinya Rp 200.000. Namun semua orang menjual dan membeli diharga Rp 100.000 tersebut. Jika anda tahu nilai intrinsik minimal emas tersebut adalah Rp 200.000 anda akan memborong emas tersebut dan menunggu harganya stabil kembali untuk dijual. Namun bukankah orang-orang itu gila? Menjual dibawah harga intrinsik? Ya, di dalam dunia investasi orang-orang bisa menjadi gila secara tidak sadar. Namun kegilaan itulah yang dimanfaatkan value investor untuk mendapatkan keuntungan jadi dia membeli saham di harga murah lalu menjualnya ketika harganya mahal. Itulah perbedaan antara saham growth dan value, keduanya memiliki kelebihan dan kelemahan yang seimbang. Semoga artikel ini dapat memberikan wawasan kepada anda saat memilih saham. Selamat berinvestasi!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar